A. Aspek Morfologi Fisik Sungai Kampar
Sungai Kampar
merupakan salah satu dari empat sungai terbesar di Provinsi Riau yang memiliki
luas 24.548 km2 dengan
kedalaman yang diperkirakan sekitar 8 m ini mengalir melintasi dua provinsi
yaitu Sumatera Barat dan Riau. Sungai ini berhulu di Bukit Barisan dan bermuara
di Selat Malaka. Sungai ini merupakan pertemuan antara dua buah sungai, yaitu
sungai Kampar Kanan dan Kampar Kiri. Pertemuan antara kedua
sungai ini bermuara di selat malaka di daerah
Langgam Kabupaten Pelalawan.
Sungai Kampar Kanan
berasal dari mata air Gunung Gadang,
dengan volume air 5.231 km2. Awalnya aliran
air sungai ini mengalir ke utara kemudian berbelok ke timur bertemu dengan anak
sungai Kapur nan Gadang, sungai ini mengalir dengan kemiringan sedang yang
melewati lembah Batubersurat.
Selanjutnya aliran sungai ini bertemu dengan anak sungai Mahat, mengalir ke
arah timur. Kecepatan aliran penampang sungai Kampar Kanan di sekitar
Bangkinang berkisar antara 750 - 1000 m3/det dengan kemiringan dasar sekitar
0,0008.
Sungai Kampar
Kiri berasal dari mata air gunung Ngalautinggi, gunung Solokjanjang, gunung
Paninjauan nan elok, dengan volume air
7.053 km2. Sungai kampar Kiri memiliki Dua anak sungai besar bernama
sungai Sibayang dan sungai Singingi. Sungai Sibayang mengalir bertemu dengan
anak sungai Biobio dengan kecepatan aliran sekitar 500 m3/det. Selanjutnya
bergabung dengan sungai Singingi, dan anak sungai Teso. Bagian hulu sungai
Kampar Kiri mempunyai kapasitas aliran sekitar 600 m3/det. Sedangkan di bagian
hilir sungai Kampar Kiri, di hilir pertemuan dengan sungai Teso mengecil.
antara 200 – 400 m3/det. Kemudian bertemu dengan sungai Kampar Kanan di
Langgam. Setelah pertemuanya bernama sungai Kampar sampai ke muaranya di Selat Malaka,
dengan kapasitas pengaliran penampang sungai sekitar 1200 m3/det. Lebar sungai
Kampar bagian hilir lebih dari 1 km sepanjang 100 km.
Bagian hulu
sungai Kampar berada di pegunungan Bukit Barisan, Provinsi Sumatera Barat. Hulu
sungai ini terletak di Kabupaten Limapuluh Koto, Pasaman dan Sawah Lunto di
Propinsi Sumatera Barat, sedangkan bagian tengah wilayah sungai hingga muara
terletak di Propinsi Riau, yaitu terdiri dari Kabupaten Indragiri Hulu,
Indragiri Hilir, Kampar, Kuantan Singing, Palalawan, Siak dan Pekanbaru.
B.
Aspek
Biologis dan Fisiologis Sungai Kampar
Bagian hulu Sungai Kampar
yang berada di provinsi Sumatera Barat relative masih baik kondisi hutannya.
Terdapat sedikit irigasi kecil dan irigasi desa di Kabupaten Limapuluh Kota. Di
wilayah Sumatera Barat juga terdapat tambang emas tradisional.
Letak geografis Propinsi
Riau yang berada pada sekitar daerah khatulistiwa memungkinkan intensitas
cahaya matahari sangat tinggi. Tingginya intensitas cahaya ini menyebabkan
tingginya tingkat penyerapan panas ke dalam perairan, sehingga suhu sungai
Kampar bisa mencapai 29-30 derajat celcius. Kondisi ini masih dalam batas
toleransi bagi kehidupan organisme perairan pada umumnya.
Nilai pH suatu perairan
memiliki ciri yang khusus, adanya keseimbangan asam dan basa dalam air dapat
memberikan dampak positif bagi kehidupan organisme dalam perairan tersebut.
Derajat keasaman sungai Kampar berkisar antara 6-5,5. Hal inni menunjukan bahwa
perairan sungai Kampar cenderung bersifat asam, hal ini disebabkamn di propinsi
Riau masih banyak daerah rawa yang memiliki derajat keasaman yang cukup rendah.
Semakin ke muara sungai semakin banyak daerah rawa-rawa sehingga air yang masuk
dari anak sungai ke sungai induk masih memiliki nilai derajat keasaman yang
cukup rendah, namun secara umum derajat keasaman Sungai Kampar tergolong pada
kategori layak karena masih berkisar antara 6-8 yang tergolong normal untuk
organisme dalam sungai tersebut.
Daerah muara sungai kampas
memiliki tingkat kekeruhan yang cukup tinggi. Hal ini disebabakan oleh aliran air sungai yang membawa
bahan-bahan yang terlarut yang ke perairan yang lebih rendah yaitu dari hulu ke
hilir. Kekeruhan sungai ini disebabkan oleh semakin luasnya lahan
pertanian dan semakin sedikitnya hutan akibat dari penebangan pembukaan lahan baik
untuk pembangunan maupun utnuk kegiatan pertanian dan industri.
C. Penggunaan
atau pemanfaatan Sungai Kampar
Di bagian tengah sungai
Kampar pengembangan kebun sawit sangat pesat, bahkan mengalahkan potensi pengembangan irigasi
sawah. Di satu sisi perkembangan kebun sawit telah meningkatkan kesejahteraan
petani kebun dan pendapatan daerah. Namun di sisi lain pengembangan kebun sawit
telah membuka lahan secara besar-besaran, sehingga berpeluang meningkatkan
erosi tanah dan mempercepat aliran air hujan ke sungai, akibatnya potensi banjir
akan lebih besar. Untuk itu perlu adanya studi/penelitian lebih lanjut untuk
mencari upaya-upaya guna memperkecil dampak buruk tersebut. Serta menerapkan
hasil penelitian tersebut di lapangan oleh para pemilik kebun guna mencegah
kerusakan lingkungan lebih jauh lagi.
Terdapat 1 (satu)
bendungan, yaitu Koto Panjang. Pembangunan waduk Koto Panjang adalah dalam
rangka penyimpanan air untuk peningkatan
ketersediaan energi listrik (114 MW) bagi kebutuhan pembangunan.
Selain bendungan sungai
kampar juga dijadikan sebagai waduk. Waduk ini dikenal dengan nama Waduk Koto Panjang mempunyai
kapasitas tampung sebanyk 1.545 juta meter kubik dengan luas permukaan tidak
kurang dari 124 Km2.
Waduk ini memberikan dampak yang sangat luas kepada
kawasan hilir (downstream) terutama pada daerah pedesaan seperti Rantau Berangin, Kuok, Salo, Bangkinang, Air Tiris,
Kampar, Danau Bingkuang, Kualu, Pekanbaru, Teratak Buluh, Langgam, dan
lain-lain serta pada kawasan hulu seperti desa Batu Besurat dan sekitarnya.
Waduk ini dapat dimanfaatkan untuk
pemenuhan kebutuhan air irigasi, pertanian, peternakan, Budidaya Perikanan
Jaring Terapung/ Keramba dan udang serta tempat wisata air.
Pengaruh pasang surut
masuk sejauh 229 km dari muara sungai dengan ketinggian minimal 2,1 m, dan maksimal 4,5 m. Jalur sungai Kampar dapat dilayari
kapal angkutan barang dan penumpang ukuran kecil sampai ke pelabuhan kecil Pangkalan
Baru (hilir Teratak Buluh) yang berjarak 300 km dari muara sungai.
Pada bagian muara sungai terdapat gerakan
gelombang pasang yang terjadi tiba-tiba dan membentuk gelombang cukup besar,
disebut “ Bono “.Bono sungai Kampar adalah gelombang air tinggi yang disebabkan
oleh pertemuan air sungai dan air laut. Kejadian Bono dapat mengganggu dan
membahayakan keselamatan pelayaran sungai, bahkan telah banyak terjadi korban.
Namun, Sungai ini sering dijadikan sebagai tempet
berselancar oleh para peselancar dunia karena gelombang bononya. Bono Sungai
Kampar yang dikenal di kalangan peselancar dengan sebutan Bono Seven Ghosts.
Sebutan Bono Seven Ghosts adalah gelombang tingggi sungai Kampar yang
bisa berderet secara bersamaan hingga tujuh ombak dengan tinggi mencapai 5-6
meter. Tingginya ombak tersebut otomatis menciptakan barrel atau
terowongan ombak yang membuat para pencari ombak menemukan ekstasi dalam
berselancar.
d. Predikisi
10 tahun Kedepan
Secara
Umum, nilai erosi pada aliran sungai Kampar termasuk dalam kategori ringan.
Namun deemikian terdapat DAS yang memiliki nilai erosi dalam kategori berat
(DAS Singingi), serta beberapa DAS yang memiliki nilai erosi dalam kategori
sangat berat (DAS : Mahat, Kapurnangadang, Timbahan, Sibayang, Sranten, Bt.
Tapi, Lipai, dan Setingkai), hal ini terjadi
akibat kondisi :
(a)
sebagian besar DAS tersebut berkemiringan curam sampai sangat curam,
(b)
Jenis tanah peka terhadap erosi,
(c)
curah hujan tinggi,
(d)
kondisi penutupan lahan kawasan hutan cenderung mengalami deforestasi, dan
(e)
kondisi penutupan lahan di luar kawasan hutan / lahan milik cenderung mengalami
degradasi .
Penerapan
konservasi tanah pada hutan milik rakyat masih sangat kurang. Jika hal ini
dibiarkan terus, tanpa upaya konservasi akan meningkatkan laju erosi dan
sedimentasi di sungai yang berada pada aliran sungai Kampar.
Pada aliran sungai Kampar lahan kritis paling luas berada pada
kawasan hutan, dibandingkan dengan lahan kritis di luar kawasan hutan. Hal ini mengindikasikan
rusaknya kondisi pentupan lahan pada ekosistem bagian hulu sungai Kampar.
Berdasarkan analisis dan
evaluasi yang dilakukan terhadap kualitas air Sungai Kampar Kanan, Sungai
Kampar Kiri dan Sungai Kampar, pencemaran terutama disebabkan oleh kegiatan
domestik, terutama berupa limbah cair dari permukiman/ perkotaan. Kegiatan atau
aktivitas yang menimbulkan terjadinya erosipun merupakan penyebab pencemaran
dimana parameter pencemaran dapat berupa mineral-mineral tanah yang dapat membahayakan
kesehatan. Sedangkan kegiatan pertanian dan perkebunan merupakan salah satu penyebab
pencemaran berikutnya, dimana dengan penggunaan pupuk dan pestisida dapat
mengakibatkan terjadinya pencemaran zat kimia tertentu.
daftar
pustaka
travel.dekampartik.com/read/2012/01/30/104510/1829026/1025/bukan-berselancar-biasa-di-gelombang-bono-sungai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar