PERKULIAHAN

Minggu, 11 November 2012

SUNGAI KAMPAR


A.    Aspek Morfologi Fisik Sungai Kampar


Sungai Kampar merupakan salah satu dari empat sungai terbesar di Provinsi Riau yang memiliki luas  24.548 km2 dengan kedalaman yang diperkirakan sekitar 8 m ini mengalir melintasi dua provinsi yaitu Sumatera Barat dan Riau. Sungai ini berhulu di Bukit Barisan dan bermuara di Selat Malaka. Sungai ini merupakan pertemuan antara dua buah sungai, yaitu sungai Kampar Kanan dan Kampar Kiri. Pertemuan antara kedua sungai ini bermuara di selat malaka di daerah  Langgam Kabupaten Pelalawan.
Sungai Kampar Kanan berasal dari mata air  Gunung Gadang, dengan volume  air 5.231 km2. Awalnya aliran air sungai ini mengalir ke utara kemudian berbelok ke timur bertemu dengan anak sungai Kapur nan Gadang, sungai ini mengalir dengan kemiringan sedang yang melewati  lembah Batubersurat. Selanjutnya aliran sungai ini bertemu dengan anak sungai Mahat, mengalir ke arah timur. Kecepatan aliran penampang sungai Kampar Kanan di sekitar Bangkinang berkisar antara 750 - 1000 m3/det dengan kemiringan dasar sekitar 0,0008.
Sungai Kampar Kiri berasal dari mata air gunung Ngalautinggi, gunung Solokjanjang, gunung Paninjauan nan elok, dengan volume air  7.053 km2. Sungai kampar Kiri memiliki Dua anak sungai besar bernama sungai Sibayang dan sungai Singingi. Sungai Sibayang mengalir bertemu dengan anak sungai Biobio dengan kecepatan aliran sekitar 500 m3/det. Selanjutnya bergabung dengan sungai Singingi, dan anak sungai Teso. Bagian hulu sungai Kampar Kiri mempunyai kapasitas aliran sekitar 600 m3/det. Sedangkan di bagian hilir sungai Kampar Kiri, di hilir pertemuan dengan sungai Teso mengecil. antara 200 – 400 m3/det. Kemudian bertemu dengan sungai Kampar Kanan di Langgam. Setelah pertemuanya bernama sungai Kampar sampai ke muaranya di Selat Malaka, dengan kapasitas pengaliran penampang sungai sekitar 1200 m3/det. Lebar sungai Kampar bagian hilir lebih dari 1 km sepanjang 100 km.
Bagian hulu sungai Kampar berada di pegunungan Bukit Barisan, Provinsi Sumatera Barat. Hulu sungai ini terletak di Kabupaten Limapuluh Koto, Pasaman dan Sawah Lunto di Propinsi Sumatera Barat, sedangkan bagian tengah wilayah sungai hingga muara terletak di Propinsi Riau, yaitu terdiri dari Kabupaten Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Kampar, Kuantan Singing, Palalawan, Siak dan Pekanbaru.

B.     Aspek Biologis dan Fisiologis Sungai Kampar

Bagian hulu Sungai Kampar yang berada di provinsi Sumatera Barat relative masih baik kondisi hutannya. Terdapat sedikit irigasi kecil dan irigasi desa di Kabupaten Limapuluh Kota. Di wilayah Sumatera Barat juga terdapat tambang emas tradisional.
Letak geografis Propinsi Riau yang berada pada sekitar daerah khatulistiwa memungkinkan intensitas cahaya matahari sangat tinggi. Tingginya intensitas cahaya ini menyebabkan tingginya tingkat penyerapan panas ke dalam perairan, sehingga suhu sungai Kampar bisa mencapai 29-30 derajat celcius. Kondisi ini masih dalam batas toleransi bagi kehidupan organisme perairan pada umumnya.
Nilai pH suatu perairan memiliki ciri yang khusus, adanya keseimbangan asam dan basa dalam air dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan organisme dalam perairan tersebut. Derajat keasaman sungai Kampar berkisar antara 6-5,5. Hal inni menunjukan bahwa perairan sungai Kampar cenderung bersifat asam, hal ini disebabkamn di propinsi Riau masih banyak daerah rawa yang memiliki derajat keasaman yang cukup rendah. Semakin ke muara sungai semakin banyak daerah rawa-rawa sehingga air yang masuk dari anak sungai ke sungai induk masih memiliki nilai derajat keasaman yang cukup rendah, namun secara umum derajat keasaman Sungai Kampar tergolong pada kategori layak karena masih berkisar antara 6-8 yang tergolong normal untuk organisme dalam sungai tersebut.
Daerah muara sungai kampas memiliki tingkat kekeruhan yang cukup  tinggi. Hal ini disebabakan  oleh aliran air sungai yang membawa bahan-bahan yang terlarut yang ke perairan yang lebih rendah yaitu dari hulu ke hilir.  Kekeruhan sungai ini  disebabkan oleh semakin luasnya lahan pertanian dan semakin sedikitnya hutan akibat dari penebangan pembukaan lahan baik untuk pembangunan maupun utnuk kegiatan pertanian dan industri.


C. Penggunaan atau pemanfaatan  Sungai Kampar

Di bagian tengah sungai Kampar pengembangan kebun sawit sangat pesat, bahkan mengalahkan potensi pengembangan irigasi sawah. Di satu sisi perkembangan kebun sawit telah meningkatkan kesejahteraan petani kebun dan pendapatan daerah. Namun di sisi lain pengembangan kebun sawit telah membuka lahan secara besar-besaran, sehingga berpeluang meningkatkan erosi tanah dan mempercepat aliran air hujan ke sungai, akibatnya potensi banjir akan lebih besar. Untuk itu perlu adanya studi/penelitian lebih lanjut untuk mencari upaya-upaya guna memperkecil dampak buruk tersebut. Serta menerapkan hasil penelitian tersebut di lapangan oleh para pemilik kebun guna mencegah kerusakan lingkungan lebih jauh lagi.

Terdapat 1 (satu) bendungan, yaitu Koto Panjang. Pembangunan waduk Koto Panjang adalah dalam rangka penyimpanan air untuk  peningkatan ketersediaan energi listrik (114 MW) bagi kebutuhan pembangunan.

Selain bendungan sungai kampar juga dijadikan sebagai waduk. Waduk ini dikenal  dengan nama Waduk Koto Panjang mempunyai kapasitas tampung sebanyk 1.545 juta meter kubik dengan luas permukaan tidak kurang dari 124 Km2.
Waduk ini  memberikan dampak yang sangat luas kepada kawasan hilir (downstream) terutama pada daerah pedesaan seperti Rantau  Berangin, Kuok, Salo, Bangkinang, Air Tiris, Kampar, Danau Bingkuang, Kualu, Pekanbaru, Teratak Buluh, Langgam, dan lain-lain serta pada kawasan hulu seperti desa Batu Besurat dan sekitarnya. Waduk ini dapat dimanfaatkan  untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi, pertanian, peternakan, Budidaya Perikanan Jaring Terapung/ Keramba dan udang serta tempat wisata air.

Pengaruh pasang surut masuk sejauh 229 km dari muara sungai dengan ketinggian  minimal 2,1 m, dan maksimal  4,5 m. Jalur sungai Kampar dapat dilayari kapal angkutan barang dan penumpang ukuran kecil sampai ke pelabuhan kecil Pangkalan Baru (hilir Teratak Buluh) yang berjarak 300 km dari muara sungai.
Pada bagian muara sungai terdapat gerakan gelombang pasang yang terjadi tiba-tiba dan membentuk gelombang cukup besar, disebut “ Bono “.Bono sungai Kampar adalah gelombang air tinggi yang disebabkan oleh pertemuan air sungai dan air laut. Kejadian Bono dapat mengganggu dan membahayakan keselamatan pelayaran sungai, bahkan telah banyak terjadi korban.
Namun,  Sungai ini sering dijadikan sebagai tempet berselancar oleh para peselancar dunia karena gelombang bononya. Bono Sungai Kampar yang dikenal di kalangan peselancar dengan sebutan Bono Seven Ghosts. Sebutan Bono Seven Ghosts adalah gelombang tingggi sungai Kampar yang bisa berderet secara bersamaan hingga tujuh ombak dengan tinggi mencapai 5-6 meter. Tingginya ombak tersebut otomatis menciptakan barrel atau terowongan ombak yang membuat para pencari ombak menemukan ekstasi dalam berselancar.

d. Predikisi 10 tahun Kedepan
Secara Umum, nilai erosi pada aliran sungai Kampar termasuk dalam kategori ringan. Namun deemikian terdapat DAS yang memiliki nilai erosi dalam kategori berat (DAS Singingi), serta beberapa DAS yang memiliki nilai erosi dalam kategori sangat berat (DAS : Mahat, Kapurnangadang, Timbahan, Sibayang, Sranten, Bt. Tapi, Lipai, dan Setingkai), hal ini  terjadi akibat kondisi :
(a) sebagian besar DAS tersebut berkemiringan curam sampai sangat curam,
(b) Jenis tanah peka terhadap erosi,
(c) curah hujan tinggi,
(d) kondisi penutupan lahan kawasan hutan cenderung mengalami deforestasi, dan 
(e) kondisi penutupan lahan di luar kawasan hutan / lahan milik cenderung mengalami degradasi .

Penerapan konservasi tanah pada hutan milik rakyat masih sangat kurang. Jika hal ini dibiarkan terus, tanpa upaya konservasi akan meningkatkan laju erosi dan sedimentasi di sungai yang berada pada aliran sungai Kampar.
 Erosi dapat dikurangi dengan berbagai pola konservasi antara lain, pola rehabilitasi, pengayaan penghijauan, agroforestri, aneka usaha kehutanan, alley cropping, teras, hutan rakyat.
 Pada aliran sungai  Kampar lahan kritis paling luas berada pada kawasan hutan, dibandingkan dengan lahan kritis di luar kawasan hutan. Hal ini mengindikasikan rusaknya kondisi pentupan lahan pada ekosistem bagian hulu sungai Kampar.
Berdasarkan analisis dan evaluasi yang dilakukan terhadap kualitas air Sungai Kampar Kanan, Sungai Kampar Kiri dan Sungai Kampar, pencemaran terutama disebabkan oleh kegiatan domestik, terutama berupa limbah cair dari permukiman/ perkotaan. Kegiatan atau aktivitas yang menimbulkan terjadinya erosipun merupakan penyebab pencemaran dimana parameter pencemaran dapat berupa mineral-mineral tanah yang dapat membahayakan kesehatan. Sedangkan kegiatan pertanian dan perkebunan merupakan salah satu penyebab pencemaran berikutnya, dimana dengan penggunaan pupuk dan pestisida dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran zat kimia tertentu.


daftar pustaka 
travel.dekampartik.com/read/2012/01/30/104510/1829026/1025/bukan-berselancar-biasa-di-gelombang-bono-sungai 







Tidak ada komentar: